09 Juli 2012

Kita dalam Bahaya!

"Muda itu (merasa) bebas, muda itu (pernah) murni, muda itu (sedang) bahaya"

Muda, hari ini saya masih merasa menjadi seorang pemuda jika dilihat dari berapa lama saya "dipublish" ke dunia ini. Sekitar 17 tahun lebih 4 bulan mungkin. Memulai masa kecil dengan 'sangat baik' membuat saya banyak mengerti hal-hal baik yang entah mengapa mulai sering saya tinggalkan. Mungkin karena terlalu bersemangat menjadi bagian dari muda-mudi negeri ini. Yang merasa bebas, merasa murni, dan tidak merasa dalam bahaya sama sekali. Mungkin saja.

***
Berada dalam garis perputaran hidup memang tidak mudah, terlalu banyak badai menghadang. Dan sayangnya, banyak yang tidak sadar sedang berada dalam keadaan yang samar-samar mulai menghanyutkan sedikit demi sedikit, bagian demi bagian dari kita.

Bebas, murni, dan berbahaya. Disanalah posisi kita. Merasa bebas menentukan apa saja, bebas melahap apa saja, dan bebas berkumpul dengan siapa saja. Memang seperti itulah, seakan lupa bahwa kita mempunyai hukum yang mengikat, adat yang mengakar, dan budaya yang sedikit demi sedikit mulai beralih.

Bebas, jika mempunyai pondasi yang kuat bukanlah sebuah masalah dan tidak akan menjadikan bebas itu sebagai bumerang bagi kita. Masalahnya, bebas-nya kita adalah bebas sejadi-jadinya. Bebas menentukan arah, bebas merancang tujuan, dan bebas mengkritik tuhan. Juga bebas melupakan pelajaran agama, Pkn, dan beberapa pelajaran hidup yang diberikan orang tua di masa bocah kita.

Murni, pikiran kita memang masih benar bersih sesaat sebelum 'setan' mengobok-oboknya. Lingkungan baru dan kawan baru. Jelas sangat mempengaruhi buah pikiran kita. Terbukanya dunia luar membuat kita merasa harus menjadi bagian dari mereka. Tidak salah. 100 persen tidak salah. Yang menjadi salah adalah tidak adanya inisiatif untuk membuat perubahan, melainkan hanya ikut-ikut saja. Parahnya lagi, jika tren yang kita ikuti bukanlah tren yang positif. Bahkan cenderung merusak remaja. Mungkin kebanyakan tren luar yang akhir-akhir ini benar deras menghujani remaja kita, hingga menenggelamkan budaya lokal. Ingat! kita pernah murni, sekarang tidak lagi!

Berbagai macam alur budaya yang masuk tidak membuat kita semakin selektif dalam memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Padahal "Ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk" adalah jawaban yang selalu kita pilih saat ada pertanyaan tentang sikapmu terhadap budaya luar yang masuk negeri ini saat mengerjakan soal ujian pelajaran kewarganegaraan di kelas 2 SD. Ingatkah? Atau benar-benar lupa? Ah, barangkali mencontek saat mengerjakannya? Atau tidak memperhatikan saat guru sedang menerangkan pelajaran?. Ah, entahlah. Gempuran budaya luar yang kebanyakan negatif semakin membuat kita lupa diri dan mengikutinya tanpa banyak pikir panjang. Kita tidak pernah curiga, karena memang kita tidak mau berfikir. Kita sedang berada dalam bahaya!

***
-Tuhan tidak akan menguji kita melebihi batas kemampuan kita. Tuhan maha Adil, Tuhan Maha Oke-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar